arum
Jumat, 13 Maret 2015
Jumat, 30 Januari 2015
keramik
Taman wisata biasanya padat pengunjung di pekan libur Lebaran. Bagaimana
kalau mengajak anak Anda ke museum? Salah satunya bisa ke Museum
Nasional Indonesia.
Museum ini dikenal juga dengan nama Museum Gajah. Mengapa gajah? Ya, karena terdapat patung gajah ikonik di depan gedung museum ini.
Museum ini beralamat di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 12, Jakarta Pusat. Akses menuju tempat ini tidak susah. Sebab, ada halte TransJakarta tepat di seberang museum. Tinggal turun di halte Monumen Nasional (Monas) dan menyeberang, maka Anda akan segera masuk ke dalam lingkungan museum.
Sesaat setelah masuk ke halaman museum, mata Anda akan segera tertuju kepada dua obyek. Pertama adalah patung gajah yang menjadi maskot di museum ini dan kedua adalah patung berbentuk pusaran air yang begitu megah.
Ada dua bangunan di museum ini. Tidak perlu bingung. Museum Nasional Indonesia awalnya hanya ada satu gedung yaitu gedung di bagian kiri dengan patung gajah. Namun dengan seiring pembangunan dan renovasi yang terjadi, dibangunlah gedung kedua yang lebih baru dan modern.
Anda dapat masuk ke dua bangunan ini dengan tiket seharga Rp 5.000, sangat murah. Pintu masuk ada di gedung kiri. Pintu gedung yang lebih baru dibuka saat-saat padat pengunjung.
Di gedung kiri terdapat begitu banyak arca peninggalan kerajaan Hindu-Buddha Indonesia seperti Kutai dan Sriwijaya. Di area ini dapat ditemukan arca-arca berbentuk dewa-dewi Hindu dan patung Buddha. Juga beragam prasasti.
Masuk lebih dalam, maka Anda akan menemukan ruangan dengan etalase kaca yang memajang benda-benda dari setiap daerah. Ada replika rumah adat, alat produksi, alat musik dan senjata perang dari tiap suku.
Setelah puas melihat-lihat di gedung kiri, lanjutkanlah perjalanan Anda ke gedung lain yang memiliki empat lantai. Di lantai pertama, Anda dapat menemukan bagian pra-sejarah yang berisi tulang belulang manusia purba dan replika manusia purba. Lantai kedua, diisi dengan prasasti-prasasti yang berbentuk batu-batu besar.
Naik ke lantai tiga, Anda dapat melihat-lihat bermacam nekara, baju tradisional dan replika rumah tradisional. Lantai satu sampai tiga sudah, ingin ke lantai empat? Naiklah lift karena tidak ada eskalator ke lantai empat.
Di pintu museum lantai empat, terdapat tanda “no camera allowed” atau pengambilan foto dengan kamera atau ponsel dilarang. Mengapa? Karena inilah bagian koleksi “termahal” di museum ini. Sebut saja seperti keramik-keramik antik dari Tiongkok dan sejumlah negara asia lainnya. Di lantai empat juga terdapat emas-emas peninggalan.
http://travel.kompas.com/read/2014/07/30/100200427/Keramik.hingga.Emas.Berharga.di.Museum.Gajah
Museum ini dikenal juga dengan nama Museum Gajah. Mengapa gajah? Ya, karena terdapat patung gajah ikonik di depan gedung museum ini.
Museum ini beralamat di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 12, Jakarta Pusat. Akses menuju tempat ini tidak susah. Sebab, ada halte TransJakarta tepat di seberang museum. Tinggal turun di halte Monumen Nasional (Monas) dan menyeberang, maka Anda akan segera masuk ke dalam lingkungan museum.
Sesaat setelah masuk ke halaman museum, mata Anda akan segera tertuju kepada dua obyek. Pertama adalah patung gajah yang menjadi maskot di museum ini dan kedua adalah patung berbentuk pusaran air yang begitu megah.
Ada dua bangunan di museum ini. Tidak perlu bingung. Museum Nasional Indonesia awalnya hanya ada satu gedung yaitu gedung di bagian kiri dengan patung gajah. Namun dengan seiring pembangunan dan renovasi yang terjadi, dibangunlah gedung kedua yang lebih baru dan modern.
Anda dapat masuk ke dua bangunan ini dengan tiket seharga Rp 5.000, sangat murah. Pintu masuk ada di gedung kiri. Pintu gedung yang lebih baru dibuka saat-saat padat pengunjung.
Kompas.com/Michael Arca Parwati, yaitu pasangan dari dewa Siwa dalam wujud santa (tenang) yang ada di pekarangan gedung lama.
Begitu masuk, Anda diharuskan untuk menitipkan tas, kantong plastik, dan
benda-benda lainnya untuk mencegah terjadinya pencurian atas
benda-benda bersejarah di dalam. Jadi, bawalah kamera atau ponsel Anda
saja.Di gedung kiri terdapat begitu banyak arca peninggalan kerajaan Hindu-Buddha Indonesia seperti Kutai dan Sriwijaya. Di area ini dapat ditemukan arca-arca berbentuk dewa-dewi Hindu dan patung Buddha. Juga beragam prasasti.
Masuk lebih dalam, maka Anda akan menemukan ruangan dengan etalase kaca yang memajang benda-benda dari setiap daerah. Ada replika rumah adat, alat produksi, alat musik dan senjata perang dari tiap suku.
Setelah puas melihat-lihat di gedung kiri, lanjutkanlah perjalanan Anda ke gedung lain yang memiliki empat lantai. Di lantai pertama, Anda dapat menemukan bagian pra-sejarah yang berisi tulang belulang manusia purba dan replika manusia purba. Lantai kedua, diisi dengan prasasti-prasasti yang berbentuk batu-batu besar.
Naik ke lantai tiga, Anda dapat melihat-lihat bermacam nekara, baju tradisional dan replika rumah tradisional. Lantai satu sampai tiga sudah, ingin ke lantai empat? Naiklah lift karena tidak ada eskalator ke lantai empat.
Di pintu museum lantai empat, terdapat tanda “no camera allowed” atau pengambilan foto dengan kamera atau ponsel dilarang. Mengapa? Karena inilah bagian koleksi “termahal” di museum ini. Sebut saja seperti keramik-keramik antik dari Tiongkok dan sejumlah negara asia lainnya. Di lantai empat juga terdapat emas-emas peninggalan.
http://travel.kompas.com/read/2014/07/30/100200427/Keramik.hingga.Emas.Berharga.di.Museum.Gajah
Langganan:
Postingan (Atom)